Kemerdekaan makanya masih seperti "Panjat Pinang". Mereka yang dibawah masih menjadi tumbal bagi kemakmuran sekelompok kecil manusia yang ada di atas.
Begitu repotnya jika kesenian juga profesi apapun, dijadikan kedok pembenaran sebuah penyimpangan
Seniman itu hanyalah orang biasa, begitu pula keseniannya. Membebaskan diri dari ukuran dan nilai sosial, hanya boleh dalam ruang privatenya. Hanya di studio kreatifnya, pada saat sang seniman mengolah kreasinya.
Bahwa gemerlapnya dunia panggung, periklanan, televisi dan film hanyalah dunia semu, yang membuat kita selalu terjaga dan mengambil jarak.
Di dunia palsu, komedian bisa dan harus jenaka lantaran tuntutan kerja, sementara di dunia nyata, tak mungkin seniman begitu saja mengobral tawa dan kejenakaan.
Bahwa setiap ilmu dan kepintaran hendaknya jangan digunakan untuk membodohi masyarakat, termasuk ilmu multimedia di era digital, selalu memberikan kemudahan kerja yang serba cepat. Bisa meringkas informasi sekaligus bisa menulis dan membuat trik manipulasi. Yang busuk bisa dibuat segar, yang jahat bisa dicitrakan alim, yang koruptor bisa dihadirkan suci, yang pembunuh kita disugestikan sebagai pengentas kemiskinan, yang kriminal bisa dibesut menjadi dermawan dan agamis.
Bahwa majunya masyarakat bukan hanya ditandai dengan keberhasilan mencapai teknologi tinggi. Tanpa harus menjadi masyarakat dan negara industripun, sebuah bangsa bisa juga terhormat dan bermartabat.
Terlebih jika bangsa itu bisa memberdayakan manusia yang senantiasa menunjunjung nilai kemanusiaan, berkeadilan, berkebudayaan dan peduli pada keselarasan alam semesta. Jika nyatanya kita memang masyarakat agratis dan maritim, kita mesti perlakukan alam secara bijiak. Nggak usah malu menjadi petani dan nelayan, kita kembangkan budaya dan tekonologi pertanian, kita olah potensi kelautan.
Dalam setiap gonjang-ganjing/heboh, selalu melahirkan berkah tersembunyi.
Nasehat orang bijak, sepahit apapun peristiwa itu pasi ada hikmahnya. Seakan-akan yang namanya hikmah selalu nempel dalam setiap musibah, bahkan terkadang dijadikan pembenaran bagi setiap kegagalan. Begitu hikmah didapatkan, biasanya orang segera mafhum atas segala kekalahan, kelemahan dan kegagalan.
0 comments:
Post a Comment