Info Lowongan Kerja

Belajar Bahasa Inggris ???

Merenung, bukan berarti melamun. merenung lebih bermakna pada berpikir secara lebih mendalam mengenai suatu hal, masalah, pemikiran, gagasan dan hal yang diniatkan untuk diwujudkan. Sedangkan melamun lebih berarti pada “angan-angan”. Halaman ini terwujud sebagai ruang tempat penulis merenungkan sesuatu. Semoga perenungan ini akhirnya menetas menjadi sesuatu yang berguna. Amiin



Free Automatic Backlink




Meramal masadepan kita semua

0 comments
TwitThis
Bismillahirrahmanirrahim. Seorang ahli nujum (astrolog) memperingatkan kita semua bahwa, bila kita ingin berdamai dengan kehidupan, maka perhatikanlah waktu dan tanggal kelahiran, yang akan memposisikan kita ke dalam 12 kategori nasib hidup manusia: kapan mengalami masa keberuntungan dan kapan mengalami masa kerugian (kesialan). Ketahuilah bahwa cara-pandang seperti itu akan membawa hidup manusia menjadi tidak produktif dan tidak pro-aktif, karena ia hanya berani menjalani hidup dalam kurun ruang-waktu yang terbilang menguntungkan baginya, sementara dalam ruang-waktu yang dianggap merugikan ia akan terikat dan terbelenggu. Padahal dalam ajaran Islam yang mengacu pada iman Nabi Ibrahim (yang menolak bintang-bintang) sesungguhnya kitalah sendiri yang dapat meramal nasib hidup kita sendiri, bahwa bila kita melakukan kebaikan di hari ini pastilah akan memetik kebaikan di kemudian hari. Al-Quran mengajarkan kita agar menanam kebaikan dengan menjalankan apa yang diperintahkan Allah, dan harus melepaskan diri dari segala kultus tradisi warisan leluhur atau ramalan purba yang mengklaim baik-buruknya nasib seseorang, yang semuanya itu membawa pada kesyirikan (dosa besar), dan dapat merusak kerangka berpikir tentang kebenaran. Al-Quran pun memberikan pedoman tentang KONSEP SABAR, bahwa tugas kita bagaimanapun, dan dalam kondisi apapun, harus berbuat baik, biarpun di zaman kesempitan maupun kelapangan. Dan kita tidak boleh frustasi dan putus asa bila apa-apa yang telah kita tanam masih juga belum menuaikan hasilnya. Akhirnya dalam surat An-Najm (bintang) ayat 31-32 dapat ditafsirkan bahwa, bila kita ingin menghindari malapetaka dan kesengsaraan di masadepan, maka hindarilah dosa-dosa besar, serta jangan sombong dan merasa diri paling bersih dan suci, karena bagi tiap-tiap manusia (makhluk) ada potensi kelebihan dan kekurangannya.

Jangan keliru menorehkan garis antara kawan dengan lawan!

0 comments
TwitThis
Setiap kita mendambakan kehidupan yang tentram dan damai, yang sekaligus merupakan cita-cita semua pemimpin dunia, baik yang baik maupun yang jahat sekalipun. Firaun telah mengandaikan sebuah sorga dunia, dengan kemegahan singgasana dan menumpuknya anggaran dalam kas kerajaannya, serta selir dan dayang-dayang cantik berikut segala kemudahan yang diinginkannya. Boleh jadi ia merasa bahwa dirinya tengah menyelenggarakan perbaikan, dengan menolak mempersoalkan kesejahteraan rakyat, bahkan merasa tak penting membicarakan jurang pemisah antara segelintir orang kaya dengan mayoritas rakyat miskin. Berkali-kali ia dan kroni-kroninya mengalami cobaan dan ujian hidup, dan sesekali Musa (bekas anak angkatnya) berusaha mendoakan bagi kebaikan dan kesadarannya. Namun tiap kali ia bangkit dari ujian, seketika itu pula ia kembali pada keangkuhan dan kesombongannya semula. Sampai pada waktunya ketika bertubui-tubi peroblema hidup menimpa dirinya serta mengancam kekuasaannya, akhirnya ia nekat menorehkan garis pemisah antara lawan dengan kawan. Setiap kritik dihadapinya dengan represif dan kekerasan. Kini tak penting baginya untuk mempelajari bagaimana cara menghadapi kritik itu dengan baik, namun dianggapnya sebagai "duri" yang menghambat ambisi dan cita-citanya... dan harus dibabat-habis. Meskipun dalam perjalanannya, boleh jadi Firaun tidak membunuh dengan tangannya sendiri, namun ia telah gegabah mengumandangkan keputusan politik yang mengakibatkan orang-orang mati dan banjir darah di mana-mana. Hal ini sungguh bertolak-belakang dengan perjuangan Muhammad, yang pada prinsipnya sama-sama menginginkan keadaan menjadi tentram dan damai, meski kodrat kehidupan meniscayakan beliau agar tetap harus menorehkan garis pemisah antara kawan dengan lawan, demi terselenggaranya perbaikan dan keadilan rakyat, dan bukan demi kepentingan segelintir elit serta melestarikan kekuasaan dan kekayaan duniawi semata...

Tantangan Berarti

0 comments
TwitThis
Tantangan akan menggairahkan anda, memberi anda arah, dan membangkitkan yang terbaik dalam diri anda. Tantangan akan mendorong anda untuk mempelajari ketrampilan baru, meraup pengetahuan baru. Tantangan memotivasi anda untuk memberi hasil terbaik dari diri anda.

Pernahkah anda perhatikan, saat anda memiliki sedemikian banyak tugas yang harus dikerjakan, anda justru memiliki lebih banyak yang selesai dikerjakan. Dan saat sedikit hal yang perlu dikerjakan, ternyata lebih sedikit lagi yang selesai dikerjakan. Usaha anda meningkat sesuai dengan pekerjaan yang harus dikerjakan. Tantangan mendorong hasil.

Tantangan tidak muncul untuk menarik anda ke bawah. Tantangan ada untuk mendorong anda ke atas, menghasilkan yang terbaik, mencapai target. Memang tantangan itu sulit dan tidak menyenangkan. Tetapi hal itulah yang memberikan arti dan nilai. Kesuksesan terbesar hadir lewat kebiasaan berurusan dengan serangkaian tantangan. Bukan dengan menghindari tantangan.

Tolong diri anda sendiri.
Temukan tantangan sejati, anda akan menemukan hidup sejati.

Menjadi ahli syukur bukanlah hak suatu agama tertentu

1 comments
TwitThis
Dalam hidup ini kita diberi peluang dan kebebasan untuk menilai apakah kehidupan manusia dan semesta ini adalah sesuatu yang kacau (chaos) ataukah teratur (harmoni). Persoalan ini terus-menerus menjadi tema utama dalam perdebatan umat manusia dari zaman ke zaman, baik di dunia ilmu, filsafat maupun iptek dan kesenian. Bahkan sejak awal penciptaan Adam telah terjadi dialog akbar antara Tuhan dan para malaikat yang menggugat rencana pengangkatan manusia sebagai utusan (khalifah) di muka bumi ini. Setelah digelar forum dialog dan musyawarah, pada akhirnya bukanlah sistem demokrasi parlementer (50+1) yang berlaku, namun justru sejenis demokrasi terpimpin yang pernah dicanangkan Bung Karno, sampai para malaikat itu pun memberi kepercayaan penuh pada hasil ketentuan Allah, yang dengan tegas memukul gong "keputusan politik" (Al-Baqarah, 30): "...Saya lebih tahu tentang apa-apa yang tidak kalian ketahui." Kemudian hingga hari ini (mungkn sampai kiamat) kedua ide dan pemikiran itu terus-menerus bergulir: apakah kejadian-kejadian alam semesta ini adalah suatu keteraturan ataukah kekacauan semata? Dalam dunia ilmu dan filsafat, sering kita sebut istilah "idealisme" dengan "eksistensialisme", namun Al-Quran menyebutnya dengan kata "syukur" dan "kufur". Adapun bagi orang yang bersyukur, kekacauan seganas apapun yang menimpa hidupnya, tetaplah dia konsisten meyakini bahwa apa yang terjadi di dunia ini adalah suatu keteraturan, sedangkan bagi yang tidak bersyukur (kufur) kenikmatan sebesar apapun yang diperolehnya, tetaplah menganggap bahwa fenomena dunia ini hanyalah kekacauan dan chaos semata...

Bukan Islamnya yang bermasalah tapi "orangnya"

0 comments
TwitThis
Perkataan "Islam" yang dipahami sebagian masyarakat Indonesia lebih cenderung pada pemahaman ideologi, filsafat hidup, atau konsep kepercayaan yang disettng dan diarahkan oleh para penguasa (khususnya Jawa), dan bukan suatu kepasrahan atau ketaatan pada aturan Allah, yang mengatasi hukum di atas segala hukum buatan manusia. Konsekuensinya sebagian masyarakat seenaknya menafsirkan "Islam" menurut seleranya sendiri, atau menurut tafsiran penguasa, selagi tidak bertentangan dengan kepentingannya sendiri. Dengan begitu tidak sedikit orang yang terpaksa mempraktekkan Islam (bahkan mengganti dengan nama Islam), karena dia terpaku pada suatu konsep yang djamin oleh para Kiai bahwa "orang Islam itu pasti masuk sorga, biarpun banyak dosanya". Konsep ini terus-menerus dipertahankan, dikembangkan (dan nyaris tanpa kritik yang seimbang), hingga kemudian orang seenaknya merancang suatu agenda bahwa korupsi satu trilyun tidaklah jadi masalah, selagi bisa menyisihkan satu milyar untuk bersedekah dan pergi haji (hingga berkali-kali). Dan celakanya, dia malah menghimpun kroni-kroni (para elit) yang sama-sama sehaluan dalam pandangan dan keyakinan dan saling begandeng-tangan untuk mempertahankan dan menyebarkan pemahaman semacam itu. Saat ini orang-orang yang memiliki ideologi "yang penting Islam" itu merasa terancam kedudukannya oleh tuntutan perubahan dan pembaharuan di sana-sini. Mereka lantas berbaris bersama-sama, menghimpun orang-orang yang masih sepaham bahkan merancang siasat dan agenda untuk menolak perubahan sistem yang tidak longgar dan tidak leluasa melanjutkan praktek korupnya, seakan-akan mereka masih akan bertahan hidup sampai seribu tahun lagi...

Muhammad: figur manusia multidimensional

0 comments
TwitThis
Kesuksesan duniawi dapat ditempuh dengan modal kecerdasan otak, dan kesuksesan akhirat dapat ditempuh dengan modal kekuatan iman, namun bila manusia ingin menempuh keduanya diperlukan adanya sinergi antara kekuatan iman dan kecerdasan otak. Dan Allah sangat mencintai seorang beriman yang kuat, yang identik dengan kekuatan inteligensia (kecerdasan otak). Kedua kekuatan itu tak boleh diabaikan dan diremehkan, karena merupakan bagian dari ilmu Allah yang diamanatkan kepada umat manusia. Dengan mensinergikan kedua kekuatan itu, niscaya manusia dapat melampaui kemampuan kerja malaikat, jin hingga robot tercanggih sekalipun. Itulah yang membuat manusia lebih unggul daripada makhluk-makhluk lainnya: ia punya potensi dahsyat untuk merusak, dan ia pun punya potensi dahsyat untuk membangun dan memperbaiki. Pengetahuan akan hal ini niscaya melampaui setiap doktrin agama, ideologi dan kepercayaan manapun. Karena itu berhati-hatilah, bila terjadi ketidakseimbangan yang berlebihan, maka ia akan menjadi kekuatan penghancur yang dapat mencelakakan umat manusia dan semesta ini. Seorang beriman yang meremehkan kecerdasan, boleh jadi ia mudah terjebak oleh tipudaya setan, hingga memperalat agama (hal-hal gaib) sebagai akal-akalan untuk memperbudak dan memperdayakan manusia lainnya. Adapun kecerdasan otak yang tidak disertai iman (liberal) niscaya ia akan memberikan pengertian yang keliru tentang makna hidup ini, baik melalui puisi, film maupun rumus-rumus matematika. Dan behati-hatilah, karena di balik penampilan tenang seorang liberal (modern) sebenarnya ia adalah sosok manusia yang lemah, egois, tak terkendali, dan mudah diperbudak dan diperdaya oleh kekuatan setan (jin dan manusia).

Umat Islam Indonesia (tak terkecuali) bagian dari perkembangan masyarakat dunia juga

0 comments
TwitThis
Manusia-manusia liberal modern di negeri-negeri terbelakang (dunia ketiga) telah mewarisi corak peradaban yang merupakan dampak (tak langsung) akibat pertikaian sengit antara kalangan Gereja dengan para ilmuwan dan filosof di abad-abad pertengahan. Di saat masyarakat mendukung kebenaran-kebenaran ilmiah dari pemikiran Karl Marx di bidang ilmu politik-ekonomi (bukan seni politik-ekonomi) serta penemuan Sigmund Freud di bidang ilmu psikologi (bukan seni psikologi), maka secara emosional mereka memparalelkan bahwa kesalahan sistem Gereja itu identik dengan kesalahan iman Kristiani, hingga mengandung konsekuensi meremehkan Al-Kitab dan melecehkan Nabi Isa sekaligus. Dengan itu muncullah pemikir-pemikir filsafat eksistensialisme yang memuncak pada Nietzsche, Camus dan Sartre, dan konsisten mengumandangkan atheisme, daripada memilih beriman pada Tuhan yang dianggap tak henti-hentinya menyelenggarakan chaos, korupsi dan peperangan. Pemikiran itu terus-menerus menjadi pijakan sebagian ilmuwan dunia hingga hari ini, dan ada benarnya bila para cendikiawan muslim (ulama) menjuluki sistem politik-ekonomi-budaya yang sedang berkembang (dan marak di Indonesia) sebagai peradaban yang diilhami dari "ideologi kafir" atau "ideologi setan". Meskipun kita harus hati-hati dan tekun menelusuri latarbelakang sejarah manusia Indonesia: mengapa peradaban seperti itu bisa laris mendominasi kultur imajinasi masyarakat kita? Apa yang salah dan keliru pada diri kita selama ini? Ironisnya, saat ini ada banyak kalangan intelektual, pengusaha hingga politisi kita yang konsekuen meremehkan pentingnya arti solat, karena praktek solat dianggap berkaitan dengan sistem birokrasi dari para penguasa mesjid dan para penyelenggara haji (Depag) yang juga sarat korupsi dan penyelewengan. Begitupun kalangan seniman (budayawan) kita, yang terlampau semangat menyuarakan liberalisme, karena kehidupan seksual (seks bebas) identik dengan pemenuhan libidinal yang membuat hidup manusia jadi cerdas, kreatif dan produktif. Inilah yang membuat kita harus banyak berpikir dan rajin mengadakan introspeksi-diri: sudah benarkah solat kita selama ini? Sudah benarkah cara-cara hidup berrumah-tangga kita selama ini? Apabila solat kita sudah membawa pencerahan pada moralitas dan kecerdasan spiritual kita; lantas kehidupan rumah-tangga mampu membangkitkan kecerdasan intelektual kita, maka masyarakat dunia pun pantas berharap bahwa kaum muslimin memang layak menjadi panutan dan teladan bagi keadilan, kesejahteraan dan perdamaian dunia...

Pemimpin muslim yang lintas nasionalisme

0 comments
TwitThis
Kebanyakan penguasa di abad-abad terakhir ini (baik yang kapitalis, komunis maupun yang agamis) mudah tergoda oleh gaya hidup pragmatisme, hedonisme, atau sikap "kegenitan" yang membuat mereka tersingkir dari mengutamakan kesejahteraan rakyatnya, menjadi berpihak pada negeri-negeri kaya, yang ujung-ujungnya mengutamakan kepentingan segelintir elit politik dan kroni-kroninya. Cara kerja semacam itu dianggap lebih mudah dan praktis, dan dianggap lebih murah dalam berkorban, tanpa mengurangi kekayaan pribadinya hingga cukuplah untuk mengamankan kas kerajaan (sebagai bekal pemilu mendatang). Jadi pada prinsipnya mereka takut kehilangan kekuasaan serta takut kekurangan harta-benda, yang sejak semula sudah dipakai sebagai alat (meski diam-diam) untuk menaiki kursi kekuasaan. Sedangkan pemimpin yang adil, pada dirinya sudah mengandung mentalitas perjuangan dan pengorbanan, dan ia paham betul prioritas berkorban untuk siapa, bagaimana dan seberapa banyak ukuran prosentasinya. Dan pada titik tertentu, ketika ia terpaksa menentukan pihak yang haruas dikorbankan, baginya pun sudah jelas prioritas dan ukuran prosentasinya. Dengan demikian tidak ada istilah mundur, berhenti atau menyerah (point of no return) selama ia melangkan dengan bimbingan kebenaran (Allah). Ia tak perlu merasa risau dan takut ketika berada di posisi kanan ataupun kiri, kapitalis atau komunis, militer atau sipil, borjuis atau rakyat-jelata, bahkan religius ataupun sekuler. Karena ia sudah terlatih membaca, menganalisis, mengatasi logika dan karakter lawan maupun kawan, serta tidak lagi merasa direpotkan oleh pihak-pihak yang tidak sepaham dan sependirian dengannya. Ia mengerti bahwa pihak-pihak yang menentang itu adalah keniscayaan sejarah yang tentu dihadapi oleh pemimpin manapun, kapanpun dan beraliran apapun. Hal itu tergantung dari bagaimana si pemimpin menghadapinya: apakah diadakan reaksi-balik, marah, mendengki dan memberantasnya? Ataukah tak perlu dipedulikan dan biarkan saja mereka dengan kesalahan dan kezalimannya? Tetapi pemimpin termulia yang dicintai Allah (Islam) adalah pemimpin yang sudah mengasah dirinya menjadi manusia multidimensional, kemudian bertanggungjawab meluruskan musuh-musuhnya dengan penuh kesabaran dan kedewasaan. Pemimpin seperti ini niscaya akan terus-menerus menjaga keseimbangan antara berkorban untuk istri-istri, anak-anak dan keluarganya, menjadi satu-kesatuan yang tak terpisahkan dengan pengorbanan demi kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan.

Kebesaran Islam tergantung dari karya dan kreasi kaum muslimin

0 comments
TwitThis
Seorang penulis komik kepahlawanan asal Philadelphia yang telah melakukan tiga kali pengeboman yang mengorbankan ratusan warga Amerika, pernah mengakui bahwa yang paling menakutkan dalam hidup ini ketika manusia tidak memahami di mana ia berada, untuk apa dia ada, hingga ia kehilangan orientasi-diri serta harapan untuk bertahan hidup. Orang itu mengatakan bahwa segala kekacauan yang terjadi di dunia ini, diakibatkan tidak seimbangnya antara kejahatan dan kebaikan yang harus menumpasnya, hingga ia merasa berhak turun-tangan dengan merakit bahan-bahan peledak guna memusnahkan pihak-pihak yang dianggapnya jahat itu. "Bila kita menginginkan perubahan yang radikal, maka harus diciptakan kejadian dramatis yang mempercepat proses pemikiran manusia!" begitulah ia menyimpulkan. Barangkali pemikiran itu belum sebanding dengan apa yang dipikirkan Firaun, Goliath atau Namrud, yang jejaknya mempengaruhi para penguasa zalim di seluruh dunia serta memberi warisan kezaliman yang mungkin ditiru oleh sekian banyak manusia (dalam bentuk siasat, strategi dan tipudayanya). Namun fantasi yang mengilhami Firaun dengan penulis komik itu mengandung esensi yang persis sama, yakni bersumber dari persepsi yang salah dalam memaknai hidup ini, serta untuk tujuan apa seorang manusia hidup dan mengada. Karena itu seorang Firaun telah menjadi legenda dan diabadikan Allah sebagai penguasa terjahat, sebagai contoh dari puncak kesalahan manusia dalam memaknai hidup ini, yang disimbolkan sebagai kaki-tangan yang paling dicintai Iblis (setan) dalam melancarkan agenda dan cita-citanya (atas izin Allah). Adapun sebaliknya, sosok Muhammad telah berhasil menangkap puncak dari makna hidup manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, serta puncak dari tujuan hidup yang paling dicintai Allah, yakni berbuat baik untuk orang lain sebanyak-banyaknya, memberi pegaruh baik pada dunia seluas-luasnya, serta mewariskan kebaikan bagi masadepan selama-lamanya. Selain itu manusia terbaik (yang dicintai Allah) seperti yang dicontohkan Rasul, bukan sebatas berbuat baik untuk diri sendiri dan memberi teladan kebaikan bagi orang lain, tetapi sekaligus ia ditugaskan untuk berani melawan, mengalahkan, dan menaklukkan kejahatan dan kezaliman, namun dengan cara-cara politis yang diridhoi oleh Allah. Dengan itu kita tidak layak mematok kebenaran (dakwah) bahwa keberadaan manusia tidak ada artinya bagi Allah, karena justru dengan tangan-tangan manusialah Allah menjalankan agenda politik dan cita-cita-Nya, meskipun kita belum tahu apakah menjelang kiamat nanti, akan ada suatu kebudayaan yang menjadi persetujuan mendunia (wallahu a'lam). Tetapi kebesaran citra Islam, terletak dari seberapa baik karya dan kreasi kaum muslimin agar dapat memikat dan diakui masyarakat dunia seluas-luasnya...

Kebaikan-keburukan didorong oleh kekuatan iman yang diyakininya

0 comments
TwitThis
Memang luar biasa orang yang benar dalam keimanannya itu: bila ia dipenjara di tempat tertutup dan terpencil, pikirannya tetap lapang dan terbuka luas; bila ia ditimpa musibah dalam waktu yang lama, diterimanya dengan penuh kesabaran, hingga terasa singkat dan sebentar saja; bila ia disakiti dan mendapat perlakuan sewenang-wenang, ia tak terlampau menghiraukan, atau membalasnya tanpa mengandung kedendaman dan kedengkian; kalaupun ia terjatuh ke dalam musibah, ia memandangnya sebagai ujian, hingga sibuk introspeksi untuk merubah dirinya; sedangkan bila ia mendapat nikmat kesenangan, ia pun akan rajin mensyukurinya hingga dapat melipatgandakan nikmat tersebut. Dan kesetiaannya selalu kepada yang benar, hingga suara hatinya terarah karena tuntunan Allah, sampai kemudian selalu saja ia dapat menyelesaikan masalah, justru sebelum masalah itu terjadi. Dengan demikian, berhati-hatilah dengan pribadi semacam ini, karena bila ia marah sebenarnya ia hanya bermaksud menggugat kezaliman dan kesyirikan; dan bila ia menyakiti hati kita, sebenarnya ia hendak menghilangkan kemunafikan. Dan jikapun ia berpolitik, sebenarnya ia bertekad untuk memenangkan keadilan dan kebenaran (Allah).

Merumuskan langkah-langkah perubahan dan perbaikan di masadepan

0 comments
TwitThis
Ketika jiwa-jiwa semakin terbuka dan menyadari aib dan kesalahannya, maka cobaan dan ujian menimpa manusia secara merata di mana-mana, serta sebagian "rizki-rizki" manusia diambil dan ditarik kembali oleh Sang Pemberinya. Pada saat itu beruntunglah orang yang membersihkan dirinya dengan meninggalkan hal-hal yang tak berguna dan mempertahankan hal-hal yang berguna, yang akan membuatnya melangkah ke masadepen dengan kekuatan ketakwaannya, serta anugerah hidayah dan rizki yang tiada putus-putusnya. Dan celakalah orang-orang yang tetap mempertahankan hal-hal yang tak berguna, dan malah mengembangkannya, yang akan membuatnya terjauh dari hidayah dan rizki yang baik dan berkah, hingga tak dapat membahagiakan hidupnya di masadepan. Karena itu tidaklah layak bagi seorang pemimpin bangsa yang menguras tenaga dan pikiran, energi dan biaya, namun hanya dihambur-hamburkan untuk membeli dan membangun "alat transportasi" yang terecepat, tercanggih dan termahal, guna bertamasya hijrah ke dunia Paris, Tokyo ataupun New York, sementara ia tidak sempat merumuskan agenda terbaik setelah mencapai Kota paris itu, lantas mau apa? Karena sesungguhnya kemajuan dan kedamaian suatu bangsa bukanlah seperti apa yang diprediksi pakar-pakar Barat tentang indahnya penciptaan "sorga dunia" di pulau tepencil atau planet-planet luar angkasa, akan tetapi solusi terbaik yang dapat menyelesaikan masalah kemanusiaan di manapun dan kapanpun, adalah ketika kita berhasil menghijrahkan diri kita dari dunia kesesatan kepada petunjuk dan hidayah Allah, dari jahat menjadi baik, dari maksiat menjadi soleh, dari sombong ke rendah-hati, dari kufur ke syukur, dari dosa ke tobat, dan dari musyrik ke muslim...

Universalisme Islam

0 comments
TwitThis
Bila bangsa ini memiliki konsep yang benar tentang Islam, maka mengatasi persoalan negara adalah kecil daripada mengurusi Islam yang punya nilai-nilai universal, tapi bila bangsa ini punya konsep yang salah dan keliru tentang Islam, maka mengatasi persoalan negara adalah lebih besar daripada urusan kelompok-kelompok Islam yang berlomba saling mencari simpati untuk mengunggulkan dirinya...

Sacrifice leader is a necessity

0 comments
TwitThis
Sacrifice leader is a necessity, and he must realize that he was carrying a big responsibility. If he was wrong to sacrifice he had to retreat, repent and apologize to those who sacrificed. If he is wrong to sacrifice, but insisted on maintaining his power to tens of years, then the disaster and disaster will befall the country in the future. Because the kind of leader that will inspire recesses of people household, to give an example to parents that children favor the most powerful, power-rich (which is considered beneficial himself), and underestimate their children's most dynamic weak - poor ....
----
Pengorbanan pemimpin adalah suatu keniscayaan, dan ia harus sadar bahwa dirinya memikul tanggungjawab besar. Bila ia keliru berkorban ia harus mundur, bertobat dan minta maaf kepada pihak yang dikorbankan. Bila ia salah berkorban, namun bersikeras mempertahankan kekuasaannya hingga puluhan tahun, maka bencana dan malapetaka akan menimpa negeri itu di kemudian hari. Karena pemimpin macam itu akan mengilhami relung-relung rumah-tangga bangsanya, memberi teladan kepada para orang tua agar memihak anak-anaknya yang paling kuat-kuasa-kaya (yang dianggap menguntungkan dirinya), serta meremehkan anak-anaknya yang paling dina-lemah-miskin....

Kekeliruan yang dipertahankan

0 comments
TwitThis
"Tak ada orang tua yang ingin mencelakakan anaknya sendiri." Kata-kata ini paralel dengan, "Tak ada pemimpin yang ingin mencelakakan rakyatnya sendiri." Kecuali bila sang pemimpin tak mau belajar tentang kebudayaan rakyatnya, mengabaikan pengetahuan tentang filosofi negerinya, serta malas menggali ilmu untuk memahami prioritas terpenting daripada yang penting, atau menghindari yang terburuk, niscaya pemimpin macam itu akan bergantung pada wangsit-wangsit di pegunungan, bahkan berguru pada kuncen-kuncen pekuburan yang redaksinya diganti jadi "sesepuh", "kiai" atau "mursyid". Pemimpin macam itu akan tega mengorbankan milyaran uang rakyat untuk membangun fasilitas infrastruktur bagi tempat-tempat ziarah di puncak-puncak gunung, yang tak ada urusanya dengan kepentingan ibadah, keadilan dan kesejahteraan rakyatnya. Karena itu bolehlah ia berdalih tidak merugikan rakyat, tapi pola hidup yang dijalaninya mejadi teladan bagi bencana dan kecelakaan rakyatnya... karena mereka diilhami agar menyibukkan hari-harinya dengan urusan-urusan kecil dan sepele, bahkan sibuk bertengkar di wilayah yang bukan prinsipil menyangkut perubahan dan perbaikan di masadepan...

Rasul itu membangkitkan kesadaran rakyatnya

0 comments
TwitThis
Orang yang kuat iman tidak mudah disetel dan dikendalikan sedemikian rupa, kecuali orang yang musyrik (atau yang liberal). Selama ada pemimpin yang berambisi mengendalikan rakyatnya demi kepentingan dan keuntungan dirinya dan anak-cucunya (baik dalam harta dan kekuasaan), selama itu pula ia menghendaki sebanyak-banyaknya orang taat dan patuh kepadanya. Dengan kata lain, ia mencita-citakan sebanyak-banyaknya orang menjadi lemah imannya, agar mudah disetel dan dikendalikan olehnya...

Keadilan bagi semua orang

0 comments
TwitThis
Biarpun dalam sejarahnya para penguasa korup (musyrik) itu sulit mencapai tahap kesadaran, seorang pejuang yang baik tetap harus mengadakan pendekatan (penawaran) agar mereka kembali ke jalan yang benar. Hal itu supaya kita sudah menunaikan tanggungjawab bahwa keadilan tetap harus ditegakkan, meski terhadap orang zalim yang menjadi musuh sekalipun.
 

Counter

Free Hit Counter
M2E Logo

Increase your back-link numbers and therefore your website's page rank by: 1.Back-links, page rank and keywords ANALYSIS and 2. Back-link rotation exchange rotation system & Google-Bot detection and behavior analysis

Related Website

Internet Sehat
http://umurevolution.files.wordpress.com/2009/03/flag.png?w=509&h=339

Indonesian Muslim Blogger

Twitter Blog Templates © Copyright by Muhamad Thorik Blog - [Buah Pikiran, Renungan] | Template by BloggerTemplates | Blog Trick at Blog-HowToTricks