Info Lowongan Kerja

Belajar Bahasa Inggris ???

Merenung, bukan berarti melamun. merenung lebih bermakna pada berpikir secara lebih mendalam mengenai suatu hal, masalah, pemikiran, gagasan dan hal yang diniatkan untuk diwujudkan. Sedangkan melamun lebih berarti pada “angan-angan”. Halaman ini terwujud sebagai ruang tempat penulis merenungkan sesuatu. Semoga perenungan ini akhirnya menetas menjadi sesuatu yang berguna. Amiin



Free Automatic Backlink




Asbak Putih Blog's: Astaga.com lifestyle on the net

0 comments
TwitThis

Anaking jeung ka Incu uing “Sing asak Itungan”

0 comments
TwitThis
Yeuh barudak anak jeung incu Abah, omat hidep kudu hirup dia itungan. Tong sagawayah mutuskeun hiji kaputusan tanpa dibarengan pertimbangan anu asak. Sabab ceuk paribasa oge ari kaduhung mah moal tiheula, kecuali lamun nungtun domba, kaduhung tiheula da bakal katubruk.
Naha ku naon pangpangna Abah ngomong kieu ka maraneh? Sabab jaman kiwari mah kudu ati-ati. Jalma teh geus sarba kasulitan, jeung kadesek. Nu akhirna gara-gara kadesek eta sagala rupa cara dihalalkeun dibolehkeun. Manusa geus teu ngitung deui kana etika jeung pertimbangan moral. Mun aya jelema bageur ge eta teh kaum minoritas, ngan saeutik jumlahna.
Hidep tong jadi jalma anu polos. Bisi dimanfaatkeun ku batur. Poma aranjeun ge kudu jadi jalma-jama anu mandiri, anu boga kahayang jeung pamadegan sorangan. Tong sakali-kali ngagantungkeun sikap ka batur. Mun enya ge urang ngilu ka batur kudu berdasarkeun parhitungan jeung pertimbangan anu jentre anu jelas. Ulah nepi kabawa ku sakaba-kaba. Mun ceuk bahasa babaturan Abah keur aktif di organisasi mah kudu jadi jalma kritis. Tong gampang nggeuk mun can jelas duduk masalahna, tong gampang gideug mun can jelas itungannana. Hirup kudu boga sikap, kudu boga perhitungan.
Hidep ge kudu jadi jelema anu boga skill, boga kamampuan. Kudu pinter dina sagala rupa jeung tong pelit ngamalkeun elmu, tong pelit ngabantu batur. Da elmu anu hade mah anu bisa ngarubah, anu bisa ngabantu kana kasusah batur. Anu bisa jadi pituduh keur kahirupan anu leuwih hade.
Tapi omat Abah nitip, mun hidep jadi jalma pinter loba pangaweruh, diajenan ku batur tong jadi adigung adiguna. Tong nepikeun ka agul ku payung butut, asa aing pangpinterna, asa aing panghadena. Da diluhur langit aya langit, diluhur jalma pinter aya anu leuwih pinter. Tong nepikeun hidep dipikangewa karena hidep agul ku elmu jeung kaleuwihan anu lianna.
Hidep hirup kudu jadi lampu, anu bisa nyaangan anu poekeun, kudu bisa nulungan anu susah. Tong nepikeun jadi sampah masyarakat, komo deui jadi tongna mah, leuwih goreng. Hidep kudu jadi cai anu bisa mareman seuneu, kudu jadi seuneu anu bisa manaskeun anu katirisan. Kudu jadi solusi di tengah masalah.
Ieu pesen ti Abah. Ameh hirup hidep tenang, hirup hidep bagja. Kacida bagjana jalma anu wajib, jalma anu ayana dibutuhkeun ku balarea, euweuhna diteangan jeung dipikasono ku balarea. cag dugi kadieu heula… anakaing jeung incu Abah…..

Presiden "Guyonan"

0 comments
TwitThis
Kenyataannya sampai dengan ini, bahwa kita belum merdeka dalam arti yang sebenarnya.
Kemerdekaan makanya masih seperti "Panjat Pinang". Mereka yang dibawah masih menjadi tumbal bagi kemakmuran sekelompok kecil manusia yang ada di atas.

Begitu repotnya jika kesenian juga profesi apapun, dijadikan kedok pembenaran sebuah penyimpangan
Seniman itu hanyalah orang biasa, begitu pula keseniannya. Membebaskan diri dari ukuran dan nilai sosial, hanya boleh dalam ruang privatenya. Hanya di studio kreatifnya, pada saat sang seniman mengolah kreasinya.

Bahwa gemerlapnya dunia panggung, periklanan, televisi dan film hanyalah dunia semu, yang membuat kita selalu terjaga dan mengambil jarak.
Di dunia palsu, komedian bisa dan harus jenaka lantaran tuntutan kerja, sementara di dunia nyata, tak mungkin seniman begitu saja mengobral tawa dan kejenakaan.

Bahwa setiap ilmu dan kepintaran hendaknya jangan digunakan untuk membodohi masyarakat, termasuk ilmu multimedia di era digital, selalu memberikan kemudahan kerja yang serba cepat. Bisa meringkas informasi sekaligus bisa menulis dan membuat trik manipulasi. Yang busuk bisa dibuat segar, yang jahat bisa dicitrakan alim, yang koruptor bisa dihadirkan suci, yang pembunuh kita disugestikan sebagai pengentas kemiskinan, yang kriminal bisa dibesut menjadi dermawan dan agamis.

Bahwa majunya masyarakat bukan hanya ditandai dengan keberhasilan mencapai teknologi tinggi. Tanpa harus menjadi masyarakat dan negara industripun, sebuah bangsa bisa juga terhormat dan bermartabat.
Terlebih jika bangsa itu bisa memberdayakan manusia yang senantiasa menunjunjung nilai kemanusiaan, berkeadilan, berkebudayaan dan peduli pada keselarasan alam semesta. Jika nyatanya kita memang masyarakat agratis dan maritim, kita mesti perlakukan alam secara bijiak. Nggak usah malu menjadi petani dan nelayan, kita kembangkan budaya dan tekonologi pertanian, kita olah potensi kelautan.

Dalam setiap gonjang-ganjing/heboh, selalu melahirkan berkah tersembunyi.
Nasehat orang bijak, sepahit apapun peristiwa itu pasi ada hikmahnya. Seakan-akan yang namanya hikmah selalu nempel dalam setiap musibah, bahkan terkadang dijadikan pembenaran bagi setiap kegagalan. Begitu hikmah didapatkan, biasanya orang segera mafhum atas segala kekalahan, kelemahan dan kegagalan.

Mau memberdayakan 200 juta penduduk, atau kembali "menyihirnya"?

0 comments
TwitThis
Orang yang cita-cita dan impiannya sebatas ingin jadi kaya atau ingin jadi penguasa, akan berbeda dengan seorang wali atau sufi yang lebih fokus pada kepentingan negeri akhirat, dan cenderung mengesampingkan urusan duniawi. Keduanya punya cara yang berbeda dalam soal "mengambil hati rakyat", meskipun masing-masing punya kepentingan politisnya untuk merekrut karyawan, murid atau pengikut (sebanyak-banyaknya). Namun cita-cita seorang Nabi dan Rasul bisa melampaui kedua kategori tersebut, tapi juga bisa tidak meliputi keduanya. Meskipun ada beberapa Nabi (seperti Sulaiman) yang mampu mencapai kemegahan harta, wanita dan kekuasaan, setelah ia bergelut dengan kecerdasan otak, inteligensia dan kekayaan ilmu pengetahuan. Sedangkan karakter dan perangai Nabi Muhammad, justru lebih mendekati Nabi Ibrahim dan Musa, yang berperan selaku manager-manager yang memberdayakan potensi-potensi umatnya. Mereka seperti layaknya manusia biasa yang menikah dan membesarkan anak, bahkan mengalami polemik dengan keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Mereka adalah hamba-hamba yang dicintai Allah, namun bukan sejenis wali, sufi atau manusia langka yang apabila menginginkan sesuatu tinggal menggosok lampu aladin atau "bim salabim jadilah". Dan seandainya Nabi Muhammad bisa menerawang apa yang akan terjadi dan menimpa dirinya, boleh jadi ia akan menghindari kaum Thaif yang melukai dirinya, atau menolak Perang Uhud yang meluluh-lantakkan pasukannya. Namun toh semua hambatan dan ujian itu, bila dihadapi dengan baik dan benar, pada hakekatnya tidaklah menjadi penghalang untuk terus eksis pada cita-citanya yang luhur: memberdayakan potensi-potensi manusia agar tumbuh secara manusiawi, sebagai hamba-hamba Allah yang bertugas melestarian kebaikan, kebenaran dan keindahan (khalifah di muka bumi ini). Adapun sebaliknya, seorang Firaun yang bercita-cita mengutamakan kekayaan dan kekuasaan, dengan memperalat ("menyihir") ribuan militer dan rakyatnya, bisa juga menemukan jalan untuk mencapai cita-citanya yang tertinggi. Meski akhirnya ia harus memetik kehancuran dan kebinasaan, sesuai dengan amal-amal yang menimbulkan kerusakan dan pengrusakan di mana-mana.

Syukurilah anugerah kekuasaan, dan sabarilah ujian hidup kita

0 comments
TwitThis
Kalau ada orang yang membuka aib dan kesalahan kita, pada hakekatnya hal itu terbongkar (ke publik) atas izin Allah, bukan berarti "bola liar" yang menggelinding karena kebetulan semata. Hal itu sebagai ujian dan teguran bagi kita agar berhati-hati dalam melangkah ke masadepan. Jadi, untuk apa sibuk membela-diri dengan melakukan reaksi-balik, lantas menyatakan bahwa diri kita "suci" sedangkan yang menuduh itu adalah "kotor", yang tentu akan menjurus kepada kezaliman dan kesewenangan. Padahal tidak ada manusia yang bersih dari dosa dan kesalahan di muka bumi ini, kecuali bila Allah Yang membersihkannya. Karena itu berlindunglah selalu hanya pada Allah, sucikan Dia, dan jangan merekayasa dua agenda yang berlawanan antara kebaikan dan kejahatan; antara wirid dan zikir (di satu sisi) tapi menyelenggarakan ketidakadilan (di sisi lain). Kalaupun perlu ada siasat dan strategi, maka lakukanlah demi perbaikan dan kesejahteraan rakyat banyak. Jangan "berklenak-klenik" (dari bahasa Jawa yang artinya: berbisik-bisik main belakang) untuk kepentingan elit dan kroni-kroni semata, yang ujung-ujungnya kembali melestarikan warisan lama dengan menyelenggarakan kekuasaan yang zalim. Syukurilah nikmat kemuliaan (kekuasaan) yang dianugerahkan, jangan diingkari dengan melakukan hal-hal yang tak disukai Allah (kesyirikan). Sungguh hanya Allah Yang sanggup merahasiakan dan menghapus (dalam sejarah) segala aib dan kesalahan manusia, dan hanya Dia Yang berkuasa membolak-balik hati manusia seluruhnya... hanya Dia Yang layak kita puji dan kita agungkan...
 

Counter

Free Hit Counter
M2E Logo

Increase your back-link numbers and therefore your website's page rank by: 1.Back-links, page rank and keywords ANALYSIS and 2. Back-link rotation exchange rotation system & Google-Bot detection and behavior analysis

Related Website

Internet Sehat
http://umurevolution.files.wordpress.com/2009/03/flag.png?w=509&h=339

Indonesian Muslim Blogger

Twitter Blog Templates © Copyright by Muhamad Thorik Blog - [Buah Pikiran, Renungan] | Template by BloggerTemplates | Blog Trick at Blog-HowToTricks